PapuaKini - Seorang korban penembakan, Sriyono yang merupakan dosen FISIP Uncen, hingga kini masih menjalani perawatan pasca operasi usus di Rumah Sakit (RS) Angkatan Laut (AL) Hamadi-Jayapura, akibat bekas tembakan OTK di Skyland, depan tugu Theys, 24 Mei lalu.
Salah satu kerabat korban, Mardiono mengatakan, selama ini korban luput dari pemberitaan media, bahkan dari pihak aparat kepolisian sendiri tidak menindaklanjuti kasusnya. Hal ini tentunya disayangkan pihak keluarga. Diakuinya, penembakan korban terjadi 24 Mei lalu di Skyland, tepatnya di Depan Tugu Theys, yang saat itu aparat kepolisian mengatakan korban terkena lemparan bom molotov. “Kata korban ada barang yang jatuh bunyi seperti petasan begitu, yang langsung kena disini (pinggang, red) tembus. Sriyono langsung saya bonceng ke kantor polisi menggunakan sepeda motor, waktu itu korban masih bisa jalan tapi sudah dalam keadaan sempoyongan. Dari pihak keluarga sendiri belum tahu kelanjutan dari musibah yang menimpa korban,” ungkap Mardiono
Mardiono mengakui, pasca peristiwa penembakan yang dialami oleh korban, dari aparat kepolisian tidak pernah datang ke rumah sakit sekedar untuk mengetahui kondisi korban, apalagi untuk memeriksanya.
Bahkan, kata dia, polisi juga tidak pernah meminta hasil visum dokter. Keluarga berharap aparat kepolisian segera mengusut kasus penembakan yang menimpa Sriyono ini dan menangkap pelakunya. Selain itu, keluarga korban juga mengharapkan ada perhatian dari pemerintah terhadap korban dari segi biaya. Sebab, peristiwa yang terjadi bukan karena kelalaian ataupun kesengajaan dari korban, tapi karena situasi daerah yang saat ini memang sudah tidak aman.
Sebelumnya korban yang berprofesi sebagai dosen FISIP Uncen ini, diduga ditembak saat hendak pulang ke rumahnya di wilayah Kotaraja dengan mengendarai sepeda motornya.
Peristiwa ini terjadi tepatnya di jalan raya Skyline depan tugu Theys, 24 Mei lalu sekitar pukul 20.00 WIT. Peristiwa ini terjadi seminggu sebelum penembakan pria berkebangsaan Jerman, Dietmar Helmut Pieper yang ditembak OTK di kawasan Pantai Base-G-Tanjung Ria, Distrik Jayapura Utara (Japut).
Korban mengalami luka tembak di bagian pinggang tembus perut, dan semenjak di rawat di RS AL ini.
Dokter Rumah Sakit (RS) Angkatan Laut (AL) Jayapura, Riyanto Prabowo juga membenarkan korban Sriyono terkena luka tembak, dan bukan luka akibat terkena bom molotov.
Menurutnya, berdasarkan hasil visum dan operasi terhadap korban, tidak ditemukan serpihan bom molotov atau luka tidak beraturan sebagaimana orang yang terkena bom molotov.
“Selama pemeriksaan, kami temukan adanya lobang masuk dan lobang keluar yang indikasi adalah merupakan luka terkena tembakan peluru, yah kemungkinan besar bukan dari akibat ledakan bom. Sehingga, mencurigakan ada suatu benda tajam dengan energy tinggi yang menembus bagian pinggang sampai ke perut bagian depan,” terang Riyanto
Riyanto mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan tim medis ditemukan lobang dibagian pinggang korban tembus ke bagian perut hingga merobek usus. Karena mengenai usus korban harus menjalani operasi.
Diakuinya, selama ini tidak ada permintaan dari kepolisian tentang hasil visum atau rekap medis korban. Sebelumnya, korban Sriyono yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Cenderawasih (Uncen) ditembak saat hendak pulang ke rumahnya, pada 24 Mei lalu yakni seminggu sebelum penembakan pria berkebangsaan Jerman, Dietmar Helmut Pieper.
“Korban ditembak di jalan Raya Skyland, tepatnya di depan tugu Theys. Dimana polisi mengklaim korban terluka akibat terkena lemparan bom Molotov,” pungkasnya.( binpa )
0 komentar:
Posting Komentar