Berita Populer

Sabtu, 21 Juli 2012

Ketika Anak Diajak Salat Tarawih

PapuaKini - Banyak dari kita menyangka, bulan Ramadhan atau puasa hanya berisi ibadah puasa. Hanya menyangkut urusan puasa saja. Padahal, ada banyak segi yang bisa kita kupas lebih dalam, selain segi puasa itu sendiri. Segi-segi yang mungkin belum terpikirkan, atau belum dirasakan.
Seperti Salat Tarawih pada umumnya, biasanya para orang tua mengajak anak-anaknya agar ikut salat di masjid. Tujuannya, menanamkan ajaran agama, praktik ibadah dan suasana Ramadhan. Tujuan yang sebenarnya mulia dan indah. apakah tujuan itu dapat terlaksana dan tercapai dengan baik, tergantung pada orang tuanya.

Anak-anak memang masih dalam tahap belajar, dan tentu saja senang bermain. Sangat senang. Mereka akan bermain dan berceloteh di mana saja, sesuka dan sebebas yang mereka bisa, karena memang mereka ada dalam tahapan tersebut. Anak-anak memang memiliki dunianya sendiri, bermain dan tertawa.

Tetapi, jika anak-anak itu diajak orang tuanya ke masjid atau musala yang notabene banyak orang yang ingin khusyuk beribadah jadi terganggu karenanya. Teriakan-teriakan, tertawaan ataupun candaan anak-anak menjadi ‘tidak pada tempatnya’. Menjadi mengganggu orang-orang yang ingin beribadah dengan tenang dan fokus.

Saya bukan menyalahkan orang tua yang membawa anaknya, karena memang para orang tua punya alasan tersendiri mengapa mengajak anak-anaknya salat tarawih. Selain untuk menanamkan nilai agama, kedua orang tua ini juga ingin salat Tarawih berjemaah. Seperti yang lain. Mereka tidak ingi melewatkan malam-malam tanpa dihiasi dengan ibadah. Anak-anak mereka, tidak ada yang menjaga karena kedua orang tuanya juga ingin beribadah.

Inilah yang menjadi ujian bagi kita bersama, ujian kesabaran dan tenang menghadapi hal-hal seperti ini. Kalau dikatakan mengganggu, memang mengganggu. Tetapi ya, memang itulah dilema yang harus dihadapi. Jika anak harus ditinggal di rumah, tidak ada yang menemani dan menjaga. Jika dibawa ke masjid, maka anak akan berisik dan mengganggu jemaah lainnya.

Kita bisa mengambil beberapa cara untuk menghadapi ini.

Pertama, memilih salat tarawih di rumah bersama keluarga. Kelebihannya,  kita bisa mengatur sendiri jam mulai salat sesuai dengan kondisi keluarga kita. Tidak perlu merasa ‘terganggu’ dengan anak-anak. Kekurangannya, kita melewatkan momentum untuk melakukan interaksi sosial. Dalam salat berjemaah di masjid, kita melakukan interaksi sosial dengan sesama anggota masyarakat, tua muda, laki-laki perempuan.

Kedua, memisahkan anak-anak dari saf orang dewasa. Anak-anak bisa ‘direlokasi’ ke belakang saf ibu-ibu. Itupun jika memungkinkan. Sekalipun anak-anak berisik, tidak akan terlalu mengganggu keseluruhan jemaah, karena anak-anak tidak berada di saf orang dewasa. Tapi, solusi ini bisa dicapai jika memang ada ruang lebih yang bisa diberikan kepada anak-anak. Jika tidak, ya kita harus berhadapan dengan masalah itu.

Ketiga, mengatur anak-anak yang salat di saf orang dewasa. Keterbatasan ruang memang terkadang jadi masalah, dan itu bisa ditangani dengan memberi pengertian kepada mereka. Untuk menjaga perilakunya dan belajar menghormati orang lain. Walaupun upaya ini mungkin tidak terlalu efektif, setidaknya anak-anak sudah diberi ‘pendidikan’ bagaimana harus bertindak dan bertingkah laku di ruang umum.

Semoga bermanfaat.(Kompas)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls