Berita Populer

Kamis, 31 Mei 2012

Hindari Spekulasi Internasional

* Ganjar Pranowo: Pelaku Penembakan Warga Jerman Harus Segera Diketahui
* Yulius:  Jangan  Main Tuduh Pelakunya  Brewok dan Kriting

PapuaKini - Aksi penembakan seorang Warga Negara Jerman bernama Deitmar Pieper (55 tahun) oleh orang yang tidak dikenal Selasa (29/05) lalu, mendapat tanggapan dari Anggota Fraksi PDIP DPR RI, Ganjar Pranowo. Dikatakan karena kasus ini melibatkan orang asing, maka pengungkapan
pelaku dan motifnya harus segera diketahui. Hal ini, demi  menghindari munculnya isu-isu atau spekulasi di tingkat Internasional. “Saya lihat kejadian ini harus segera melihat  dibalik cerita itu ada apa sehingga motifnya bisa diketahui , apakah ini sebenarnya sebuah kejahatan biasa saja atau kemudian ada motif yang lain. Bila ini dibiarkan terlalu lama, maka ini bisa menimbulakan spekulasi di tingkat internasional,” cetusnya menjawab pertanyaan Bintang Papua Rabu (30/05) di Kantor Walikota Jayapura.

Lebih lanjuta ia berkata, “Pasti kalau seluruh yang terjadi di Papua menjadi seksi, karena dilihat oleh dunia internasional. Kalau kita melihatnya bahwa beban tugas utamanya adalah Kepolisian. Kepolisian berarti harus cepat agar tidak terjadi cerita-cerita lainnya.” tambahnya.

Kejadian seperti ini katanya, sebenarnya tidak hanya terjadi di Papua, hanya saja kalau di Papua peristiwa apapun aka menjadi “seksi”, karena di Jakarta menurutnya juga sering terjadi aksi kriminalitas yang sampai menghilangkan nyawa seseorang, jada sebenarnya sama saja. “Jadi sebenarnya bagaimana system keamanannya bekerja.” Imbuhnya lagi.

Secara keseluruhan, Ganjar menekankan bahwa hampir seluruh system keamanan di Indonesia harus dikonsolidasikan, maka peran Polri dinilainya harus dikembalikan bukan hanya pada kiprah keamanan, tetapi lebih pada pendekatan persuasive sebagai langkah pencegahan, seperti yang telah dilakukan di Aceh.
“Apa lagi Papua ini dalam keadaan kondisi khusus, sama seperti di Aceh, yang lalu saat menjelang Pilkada ada kejadian yang sama, maka Polri lebih baik melakukan tindakan pencegahan dibanding mengambil kiprah pengamanan.” ujarnya.

Sementara itu a danya   dugaan  cirri-  ciri brewok dan  kriting dari  pelaku penembakan terhadap    Dietmar  Pieper  (55) seorang ilmuwan  berkewargaan Jerman di kawasan  wisata  Pantai  Base-G,  Distrik  Jayapura Utara, Selasa (29/5) pukul 11.30 WIT  sebagaimana  disampaikan  Eva Medina,  istri   korban  menuai kritik  pedas  dari  Sekretaris Komisi  A  DPRP Yulius  Miagoni, SH. Menurut  dia,  pihaknya  menolak keras  setiap terjadi  aksi kriminal  seperti penembakan dan kekerasan,  maka   aparat  keamanan  maupun  pejabat  pemerintahan  terkesan  memberikan  stigmatisasi pelakunya orang asli  Papua  yang  memiliki ciri ciri  brewok dan  keriting   seolah olah Papua sudah berdiri  sebagai negara  berdaulat.  Padahal   wilayah  ini   masih   bagian  dari  wilayah  NKRI.

“Mereka  tak sadar  orang asli  Papua yang melakukan  aksi  kriminal   adalah  juga kesalahan   sistim  keamanan  di  negara Indonesia  sehingga   bila  pelakunya  orang asli  Papua  pemerintah  selalu  tak merasa bersalah,”katanya saat dikonfirmasi  Bintang  Papua  di ruang kerjanya, Rabu (30/5).
Lanjutnya, “Siapapun  pelaku  penembakan   tak perlu dibeda bedaka,  tetap  negara Indonesia  bertanggungjawab  terhadap keamanan  warga  negara  diseluruh Indonesia, termasuk keamanan warga  negara asing,” kata dia. 

Karenanya,   pihaknya menghimbau  kepada Kapolda  Papua dan Pangdam  XVII/Cenderwasih maupun  seluruh  pejabat negara  apabila  terjadi  aksi kriminal  tak  perlu cuci tangan  serta  melempar   tuduhan  pelakunya    orang asli Papua. 

“Buktikan dan  tunjukkan  dasar  hukumnya,  bila  setiap kejadian pelakunya  orang asli Papua, padahal  kendatipun  peristiwa  tersebut   dilakukan  di wilayah  Pegunungan Papua  yang terisolir   tetap  kesalahan  jatuh  di negara Indonesia,” tukasnya. 

Setiap  peristiwa  yang  terjadi  terkesan   ada pembiaran dan bila  aparat  tak  segera menangkap  pelaku  penembakan warga  Jerman, kata  dia, pihaknya menolak  menanggapinya. Pasalnya,  setiap  terjadi peristiwa kriminal  praktis  aparat  mengalami  kesulitan mengungkap  pelaku  maupun motifnya.   
“Kami  sepertinya   bingung  setiap  kasus  penembakan  atau penganiayaan  yang  terjadi  di  Papua seakan akan  jarang terungkap.  Padahal  bila   peristiwa  itu  terjadi di Jakarta atau  di luar wilayah Papua  seperti    peledakan  bom  yang sudah meledak   dan berabu  dapat   dilacak  sampai mengtahui  siapa yang membuat dan merancang  bom tersebut.

“Apa  memang betul di Papua  itu susah  terungkap atau  ada indikasi  lain,” tuturnya.
Ditanya  indikasi  kuat  orang  terlatih   melakukan penembakan  terhadap  pria  Jerman  yang diduga   intelejen asing  yang tengah  memantau situasi  terkini  Papua, lanjutnya,  tugas    aparat  keamanan  untuk  mengungkap pelalu sekaligus motifnya.  “Kami  masyarakat  sipil  yang  tak punya  kapasitas  dan keahlian  untuk  mendeteksi kegiatan  yang dilakukan     korban di Papua,” imbuhnya.

Hak senada juga diungkapkan, Wilson Uruwaya Ketua III Dewan Nasional Papua (DNP-NRFPB). Saat menghubungi Bintang Papua, Wilson mengatakan, sangat menyanyangkan pemberitaan media yang  terlalu dini menuduh orang Papua sebagai pelakunya dengan menyebut ciri-ciri  brewok dan berambut kriting.

Sebab menurutnya, belum tentu tuduhan itu benar kecuali kalau pelakunya sudah tertangkap polisi barulah dapat dipastikan. “ Karena para saksi sendiri masih ada perdebatan,  ada yang menyebut pelakunya orang Papua seperti ciri-ciri yang disebutkan, tapi ada juga yang menyebutkan orang pendatang hanya rambutnya sengaja dikriting menyerupai orang Papua,”katanya.

Ketika ditanya bahwa itu berdasarkan keterangan istri korban sebagai saksi mata, dikatakan itu belum tentu benar. “Saya juga meragukan apakah istri korban betul bicara seperti itu, karena sampai tengah malam kami ikut pantau di RSUD Dok II dan dia sulit ditemui,”katanya.

Dikatakan, adanya tuduhan yang terlalu dini ini, sama halnya merusak citra orang Papua dengan stigma orang Papua itu OPM dan suka bunuh orang. “Dan itu yang kami tidak suka,”katanya.

Ditanya soal motif, dikatakan ada beberapa kemungkinan, pertama ada pihak yang memang tidak suka Papua aman lalu sengaja menciptakan itu. Bisa juga pelakunya punya kepentingan lain yaitu tidak mau Papua dicampuri pihak Asing dan pihak asing bicara soal Papua. (Binpa)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls